Renungan Masa Raya Natal: Pelita Di Tengah GulitaSampel

Renungan Masa Raya Natal: Pelita Di Tengah Gulita

HARI KE 6 DARI 8

Natal

“Pesan Kasih dari Allah“

Yohanes 1:1-14

Natal adalah penanda dari dimulainya perjalanan Yesus, Sang Kristus untuk menyelamatkan dunia ini dari dosa. Mengapa harus Ia yang melakukan-Nya? Tidak bisakah Allah kembali memberi kesempatan bagi para nabi-Nya untuk kembali berkarya mewartakan pertobatan dan membawa umat Allah untuk kembali ke jalan-Nya. Bagi Allah inilah waktu penggenapan, saat Ia sendiri hadir ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat-Nya. Hal ini dimungkinkan karena kehadiran Yesus. Sang Firman yang menjadi manusia untuk mengajar, menderita, mati di atas kayu salib, dibangkitkan dan naik ke Surga. Pesan inilah yang hendak dibawa oleh Injil Yohanes.

Dalam ilmu Teologi, cara untuk menjelaskan Yesus (Kristologi) dapat memakai dua pendekatan yakni Kristologi dari Bawah atau dari Atas. Jika seseorang memilih untuk mulai menjelaskan Yesus dengan menceritakan karya, salib, penderitaan yang dialami, serta pengajaran-Nya atau dengan kata lain sudut pandang kemanusiaan-Nya maka sesungguhnya ia tengah memakai pendekatan Kristologi dari Bawah. Sementara jika seseorang memilih menjelaskan Yesus mulai dari keabadian, keberadaan-Nya bersama dengan Allah dan sebelum kehadiran-Nya di dunia dalam rupa manusia, maka ia memilih pendekatan Kristologi dari Atas. Keduanya menjadi dimensi yang saling melengkapi pemahaman kita tentang Yesus.

Injil Yohanes memakai pendekatan “Kristologi dari Atas”, Yesus Kristus dijelaskan sebagai Manusia yang sejati, sekaligus Allah yang sejati. Yohanes 1:1 menegaskan bahwa “Pada mulanya sudah ada Firman, Firman itu bersama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah.” Kemudian di ayat 14 dijelaskan mengenai keberadaan Sang Firman, “Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran.” Firman itulah yang menjadi manusia dalam rupa Yesus. Maka kita dapat memaknai keberadaan Yesus sebagai seluruh kehendak, pemikiran serta cinta kasih Allah. Dalam Yesus kita dapat melihat Allah yang bekerja dengan otoritas Allah. Sang Firman adalah daya kreatif Allah. Inilah inkarnasi (harfiah: firman menjadi manusia) yang hendak dikisahkan Yohanes. Jika Lukas dan Matius mengisahkan kelahiran Yesus dalam sisi kemanusiaan-Nya, maka Yohanes memilih sudut pandang inkarnasional teologis dalam Injilnya.

Ia adalah pribadi yang unik dan tidak memiliki kesamaan dengan siapapun. Relasi-Nya dengan Sang Bapa begitu erat dan kualitasnya luar biasa sehingga dapat dideskripsikan sebagai “Aku dan Bapa adalah Satu.” Jalan penyelamatan dipilih dengan menjadi manusia. Dengan demikian Yesus menjadi representasi manusia yang mengalami pencobaan, derita, dan pergumulan hidup yang dialami oleh manusia pada umumnya. Hanya saja Ia tidak jatuh ke dalam dosa. Maka dalam kekudusan-Nya itulah penyelamatan manusia menjadi mungkin lewat pengajaran, pengorbanan serta kebangkitan-Nya.

Sang Firman yang menjadi manusia itu mengerti betul kerapuhan manusia. Namun Ia tetap memilih untuk membersamai kita dalam arus kehidupan yang penuh gejolak dan tidak menentu ini. Bukankah hal tersebut sebuah pernyataan kasih yang begitu besar yang dapat Allah sampaikan kepada kita? Momen untuk mengingat kasih tersebut adalah melalui Natal yang kita rayakan setiap tahunnya. Natal bukan hanya mengingat bayi Yesus yang lahir, melainkan pribadi Yesus yang juga mengajar, berkarya, berkurban, dan bangkit untuk menyatakan terang bagi dunia.Kiranya pengharapan inilah yang terus kita hidupi dan menjadi bekal untuk menyongsong masa depan serta hari demi hari yang seringkali penuh dengan ketidakpastian. Pesan Natal adalah pesan solidaritas dari Allah yang mengasihi serta mengampuni kita.

Firman Tuhan, Alkitab

Tentang Rencana ini

Renungan Masa Raya Natal: Pelita Di Tengah Gulita

Di tengah keresahan dan bayangan kegelapan dunia, terang Kristus tetap hadir sebagai sumber pengharapan. Masa Adven mengajak kita menata hati, menapaki perjalanan rohani menyambut Sang Terang sejati—bukan sekadar menghitung hari menuju Natal, tetapi menyiapkan batin agar Kristus lahir dalam hidup yang sering diliputi gelap. Melalui Renungan Masa Raya Natal, kita diajak menapaki perjalanan iman di masa Adven, Natal, hingga Tahun Baru, dari gulita menuju terang. Renungan ini menjadi undangan untuk menghidupi terang Kristus kini dan di sini, sebab di mana Kristus hadir, di sanalah kegelapan dikalahkan oleh kasih sejati.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society) yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.alkitab.or.id