Renungan Masa Raya Natal: Pelita Di Tengah GulitaSampel

Renungan Masa Raya Natal: Pelita Di Tengah Gulita

HARI KE 2 DARI 8

Adven 2

Bertobatlah!

Yesaya 11:1-10, Matius 3:1-12

Kabarnya di daerah-daerah dengan mayoritas penduduk menganut agama Kristen/Katolik, memasuki bulan berakhiran “-ber”, September dan seterusnya, nuansa natal sudah mulai menggema. Lagu natal berkumandang dimana-mana, mulai dari rumah-rumah, gereja, pusat perbelanjaan, sampai angkutan kota yang berseliweran di jalan. Dekorasi-dekorasi natal pun dengan semaraknya menghiasi penjuru kota. Nampak sekali hasrat untuk segera mengalami sukacita Natal. Rasanya hasrat yang sama kita rasakan pula sebagai seorang Kristen. Namun sebelum kita sampai kepada gegap gempita tersebut, Adven mengajak kita untuk merefleksikan peziarahan iman kita masing-masing, terutama dalam mengingat serta menyambut kedatangan-Nya. Yesus telah lahir ribuan tahun silam dan kelahiran-Nya kita rayakan setiap bulan Desember, tetapi di saat yang sama kita bersiap untuk menanti kedatangan-Nya kembali dan penggenapan Kerajaan-Nya. Itulah dua dimensi adven yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Bagaimana menanti kedatangan-Nya kembali ? Yohanes Pembaptis dalam teks kita kali ini dengan tegas menyerukan pertobatan. Katanya kepada khalayak ramai, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!”Para nabi-nabi Israel menubuatkan keselamatan dan penghakiman di masa depan, sementara Yohanes memberitakan Kerajaan Surga yang segera hadir dengan kedatangan Dia yang lebih berkuasa. Dengan demikian yang dimaklumkan Yohanes sebagaimana juga disampaikan oleh Yesus, bukanlah Kerajaan di surga sana, melainkan Kerajaan Allah yang mulai hadir justru di dunia ini melalui pelayanan Yesus.Dengan demikian yang perlu dilakukan oleh manusia adalah menunjukkan respons yang tepat yakni pertobatan. Kata dalam bahasa Yunani yang dipakai untuk menggambarkan pertobatan adalah metanoia , secara harfiah dapat diartikan sebagai mengubah pikiran, juga mengubah haluan hidup, berbalik dari dosa-dosa yang diakui untuk kembali kepada Allah yang kerajaan-Nya dekat.

Apa yang diserukan oleh Yohanes senada dengan nubuatan Nabi Yesaya dalam Yesaya 11:1-10. Dalam teks tersebut diungkapkan bahwa harapan baru akan hadir melalui garis keturunan Isai (cat: Isai adalah ayah dari Daud). Allah mendatangkan keselamatan melaluinya. Bagi orang-orang Israel yang dalam pembuangan, nubuatan ini adalah secercah pengharapan bagi derita yang selama ini dialami. Sementara itu dalam zaman yang terkemudian, komunitas Kristen perdana memaknainya sebagai janji Allah akan kehadiran Sang Mesias yang membawa keselamatan sejati. Kedua pemaknaan tersebut menyiratkan hal yang sama yakni Allah yang mendatangkan pengharapan bagi umat yang tengah dikuasai berbagai pergumulan. Bagaikan seorang hakim yang adil, Mesias yang dijanjikan itu akan mengadili perkara dengan baik. Mereka yang lemah akan dianugerahkan keadilan, kepada mereka yang tertindas akan diselesaikan perkaranya dengan kejujuran. Ia akan datang membawa damai sejahtera Allah, sementara yang berbuat kejahatan tidak akan tahan dihadapan-Nya.

Keselamatan dari Allah atau kerajaan-Nya rupanya terkait erat dengan perwujudan segala atribut-atribut dari Allah yang Maha Kuasa itu di dalam dunia. Keadilan, kejujuran, kasih, perdamaian, dst. Gambaran Sang Penyelamat dalam nubuatan Yesaya pasal 11 menggarisbawahi hal tersebut. Ia yang akan hadir dan membebaskan umat memulai karya-Nya dengan membebaskan mereka yang tertindas dan tidak pernah merasakan keadilan. Berefleksi dari hal tersebut maka hendaknya pertobatan yang dihasilkan oleh orang percaya adalah pertobatan yang memberi dampak atau menghasilkan buah yang dapat dirasakan oleh sesama. Itulah pertobatan yang sejati. Maka wajarlah ketika Orang Farisi dan Saduki meminta kepada Yohanes untuk dibaptis, mereka justru dihardik sebagai keturunan ular beludak. Mereka memegang strata sosial serta keagamaan yang penting kala itu, tetapi hidup keseharian mereka sama sekali jauh dari Taurat yang mereka ajarkan. Seolah-olah pertobatan itu tidak penting atau hanya mereka lakukan di mulut saja.

Dengan demikian pada minggu adven kedua ini, marilah kita menghasilkan buah-buah pertobatan sebagai bentuk karya yang aktif dalam menanti kedatangan-Nya. Pertobatan tersebut tidak hanya berkenaan dengan relasi antara kita dengan Allah, tetapi dengan sesama manusia. Poin terakhir inilah yang seringkali kurang mendapat perhatian. Padahal dalam dunia yang semakin egois dan penuh dengan penindasan ini, hal itulah yang paling dibutuhkan. Pertobatan tidak hanya bicara tentang berdoa dan beribadah lebih banyak, melainkan juga berbicara tentang seberapa baik kita memperlakukan orang lain, sudahkah kita berlaku adil, bersuara dan bersikap terhadap penindasan, dan menjauhi ketidakjujuran.

Pertanyaan reflektif:

Sudahkah kita menghasilkan buah-buah pertobatan dalam wujud pembaruan relasi dengan sesama?

Firman Tuhan, Alkitab

Tentang Rencana ini

Renungan Masa Raya Natal: Pelita Di Tengah Gulita

Di tengah keresahan dan bayangan kegelapan dunia, terang Kristus tetap hadir sebagai sumber pengharapan. Masa Adven mengajak kita menata hati, menapaki perjalanan rohani menyambut Sang Terang sejati—bukan sekadar menghitung hari menuju Natal, tetapi menyiapkan batin agar Kristus lahir dalam hidup yang sering diliputi gelap. Melalui Renungan Masa Raya Natal, kita diajak menapaki perjalanan iman di masa Adven, Natal, hingga Tahun Baru, dari gulita menuju terang. Renungan ini menjadi undangan untuk menghidupi terang Kristus kini dan di sini, sebab di mana Kristus hadir, di sanalah kegelapan dikalahkan oleh kasih sejati.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society) yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.alkitab.or.id