Renungan Masa Raya Natal: Pelita Di Tengah GulitaSampel

Renungan Masa Raya Natal: Pelita Di Tengah Gulita

HARI KE 4 DARI 8

Adven 4

“Taat terhadap Kehendak-Nya“

Yesaya 7:10-16, Matius 1:18-25

Ketaatan adalah salah satu hal yang dikehendaki Allah agar dimiliki oleh umat-Nya. Sejak zaman bapa-bapa leluhur Israel, perjanjian diikat oleh Allah berlandaskan ketaatan. Ia adalah Allah pencipta semesta yang akan memelihara serta menjaga bangsa itu, sementara manusia diundang untuk taat serta bergantung penuh kepada-Nya.Pola ini terus berlanjut hingga kepada kelahiran Sang Juruselamat. Ia menggenapi janjiNya untuk menyelamatkan dunia dalam kasih-Nya, tetapi pada saat yang sama Tuhan mengundang kita untuk merespons dalam ketaatan. Pola inilah yang hendak menjadi pokok perenungan minggu adven 4. Kita diundang oleh Allah untuk menanti dalam ketaatan, sebagaimana yang nampak dalam bacaan kita kali ini dalam respons Yusuf.

Jika Injil Lukas mencoba untuk menyoroti ketaatan Maria dalam menerima kehendak Allah atas diri-Nya, Injil Matius mencoba untuk menggarisbawahi peran Yusuf menerima berita mengandungnya Maria. Teks kita pada saat ini mencatat bahwa Yusuf dan Maria adalah dua orang yang telah bertunangan. Relasi pertunangan dalam masyarakat saat itu sesungguhnya berbeda dengan apa yang kita praktekkan di masa kini. Sebenarnya secara kultur dan kepercayaan, mereka telah diikatkan dalam relasi yang resmi atau dengan kata lain sudah dalam posisi “menikah”. Hanya saja Maria masih berada di rumah orang tuanya sampai hari ia akan dibawa ke rumah suaminya. Sebelum dibawa ke rumah Yusuf, Maria ditemukan sudah mengandung. Secara agama, sebenarnya Yusuf dapat menyeret Maria ke pengadilan untuk proses memeriksa perzinaan (Ul. 22:23-27). Namun, Yusuf tidak mau menempuh jalur hukum tersebut dan memiliki belas kasihan kepada tunangan-Nya. Ia hendak menjaga martabat Maria sehingga jalan yang dipilihnya adalah menceraikan diam-diam. Hubungan “pertunangan” menurut hukum sudah tetap, dan mereka sudah disebut suami dan istri maka istri hanya dapat diceraikan dengan surat cerai. Namun sebelum rencana itu direalisasikan, Allah menghendaki hal yang berbeda untuk dilakukan Yusuf.

Yusuf didatangi oleh Malaikat Allah dalam mimpinya. Telah lama mimpi digunakan sebagai salah satu cara Allah untuk berkomunikasi dengan umat-Nya. Malaikat itu berkata agar Yusuf tetap mengambil Maria sebagai Istrinya. Bayi yang dikandung Maria adalah karya Roh Kudus. Bayi itu harus dinamai Yesus (Aram : Yeshua/ Ibrani : Yoshua) yang berarti Allah adalah keselamatan. Ia adalah sosok yang akan datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (ay.21). Sebagaimana pola dalam Injil Matius, peristiwa kelahiran Yesus juga turut dimaknai seturut garis nubuatan yang ada. Semuanya telah tercatat dalam Yesaya 7:10-16. Sang Imanuel (Ibrani: Allah menyertai Kita) akhirnya datang dan menggenapi pekerjaan penyelamatan Allah.

Yusuf dan Maria dilibatkan-Nya dalam karya agung yang begitu luar biasa tersebut. Apa yang diperintahkan firman Tuhan dilaksanakan oleh Yusuf dan juga Maria. Keduanya menunjukkan kualitas sebagai seorang hamba Tuhan. Tanpa banyak kata, Ia melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Kehadiran dan penyertaan Allah yang memampukan Yusuf untuk taat pada kehendak-Nya, meskipun jalan yang dilaluinya tidak mudah. Dalam kebimbangan dan ujung pengambilan keputusan penting dalam hidupnya, Ia mau merendah serta tunduk kepada kehendak-Nya.

Bukankah ketaatan seperti itulah yang seharusnya juga kita perjuangkan dalam hidup beriman kita. Seperti Yusuf, kita pun seringkali mengalami kebimbangan dalam hidup. Berada dalam persimpangan beragam keputusan yang masing-masing memiliki konsekuensi yang tidak mudah. Dalam iman kepada Allah justru peristiwa-peristiwa tersebut menjadi cara Allah untuk mengajarkan ketaatan kepada kita. Ketaatan kepada Allah menuntun kita untuk terus setia berada di jalan-Nya hingga kelak Kristus datang kembali untuk menyempurnakan keselamatan dari-Nya. Hal lain yang kita pelajari dari kisah ini ialah melalui ketaatan kepada Allah kita membuka sebuah kesempatan besar untuk dilibatkan dalam karya-Nya di dalam dunia. Seperti Yusuf dan Maria yang dilibatkan Allah dalam rencana agung penyelamatan dunia karena ketaatan serta kerendahan hati-Nya. Belajar untuk taat seharusnya menjadi program pembelajaran orang beriman di sepanjang hidupnya.

Pertanyaan reflektif:

Sejauh manakah kita bersedia untuk belajar taat dalam mengikuti kehendak-Nya?

Firman Tuhan, Alkitab

Tentang Rencana ini

Renungan Masa Raya Natal: Pelita Di Tengah Gulita

Di tengah keresahan dan bayangan kegelapan dunia, terang Kristus tetap hadir sebagai sumber pengharapan. Masa Adven mengajak kita menata hati, menapaki perjalanan rohani menyambut Sang Terang sejati—bukan sekadar menghitung hari menuju Natal, tetapi menyiapkan batin agar Kristus lahir dalam hidup yang sering diliputi gelap. Melalui Renungan Masa Raya Natal, kita diajak menapaki perjalanan iman di masa Adven, Natal, hingga Tahun Baru, dari gulita menuju terang. Renungan ini menjadi undangan untuk menghidupi terang Kristus kini dan di sini, sebab di mana Kristus hadir, di sanalah kegelapan dikalahkan oleh kasih sejati.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society) yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.alkitab.or.id