Info Rencana

Menciptakan Kebiasaan yang Lebih BaikSampel

Creating a Better Normal

HARI KE 2 DARI 7

Perasaan dan Iman



Saat pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif muncul, kebanyakan dari kita mendorongnya ke tepi dan terus maju. Tapi bagaimana jika menciptakan normal yang lebih baik itu bukannya mengabaikan emosi-emosi kita melainkan menemukan pelajaran apa yang mungkin mereka berikan? Bagaimana jika ini waktunya bagi kita untuk berhenti menutup-tutupi perasaan kita dan mulai menyampaikannya kepada Tuhan—ada adanya dan semuanya?



Yesus bukanlah orang asing terhadap emosi. Selama waktuNya di bumi, Dia mengalami setiap emosi yang kita rasakan. Kita tidak perlu menutupi pikiran kita atau menutupi perasaan kita saat kita berbicara kepada Tuhan. Nyatanya, saat kita bersikap jujur mengenai perasaan kita, kita seringkali mempertebal iman kita.



Yesus sangat peduli akan hal-hal yang kita sayangi. Dia memanggul beban kita, dan kita diberitahukan bahwa kita bisa memberitahukanNya apa saja yang kita kuatirkan karena Dia peduli akan kita.



Sebuah kisah yang sangat kuat yang menggambarkan kekuatan untuk memahami perasaan kita adalah saat Yesus membangkitkan Lazarus. Yesus sangat mengasihi Lazarus, tapi Dia tidak segera menyembuhkannya. Dalam perjalanannya untuk mengunjungi keluarganya yang sedang berduka, Marta dan Maria masing-masing berkata dengan Yesus tentang kekecewaan mereka, kesedihan mereka, dan penderitaan mereka. Perhatikan apa yang terjadi setelah Maria membuka diri dan bersikap jujur mengenak perasaan-perasaannya.:



Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, sujudlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka sedihlah hati-Nya. … Lalu menangislah Yesus. Yohanes 11:32-33, 35 PBTB2



Maria tidak berusaha menenangkan dirinya sebelum berbicara dengan Yesus. Dia datang dengan hati yang hancur. Dia menangis dan memberitahukan Yesus perasaannya dengan sejujurnya—meskipun pikirannya cukup jelas dan terarah. Yesus tidak mengkritik kejujurannya. Dia tidak menyuruhnya untuk berhenti menangis, menenangkan diri, atau lebih banyak percaya. Malahan, Dia mengalami emosi itu sendiri. Dia bahkan menangis bersamanya.



Yesus lalu membangkitkan Lazarus. Tapi yang bisa kita pelajari dari kisah ini adalah tak peduli akhir dari situasi kita, kita bisa percaya bahwa Yesus duduk bersama kita selama penantian.



Mari kita berhenti berpura-pura baik-baik saja ketika kita bertemu dengan Bapa kita. Mari berhenti mengabaikan emosi kita dan berusaha memperbaiki masalah kita sendiri. Malahan, tirulah Maria. Mari datang kepada Yesus, tahu bahwa Dia berjanji untuk bersama dengan kita dalam perasaan kita.



Doa: Tuhan, terima kasih karena berjanji kepadaku untuk bersamaku tak peduli apa perasaanku atau apapun yang kuhadapi. Yesus, aku datang kepadaMu hari ini dengan semua perasaanku. Ungkapkan kepadaku apapun yang Kau coba ajarkan kepadaku lewat emosi ini, dan tunjukkan aku cara yang sehat untuk mengatasinya. Di dalam nama Yesus, amin.



Tantangan: Cobalah untuk mencatat apa yang Anda pernah rasakan selama minggu terakhir. Apa saja hal yang Anda syukuri kepada Tuhan? Apa saja yang Anda sedang pergumulkan yang perlu Anda minta kepada Tuhan?


Hari 1Hari 3

Tentang Rencana ini

Creating a Better Normal

Di tengah krisis dan ketidakpastian, banyak dari kita berusaha untuk kembali ke kondisi normal. Tapi bagaimana jika inilah waktunya untuk menciptakan normal yang lebih baik lagi sebagai gantinya? Dalam rencana bacaan 7-h...

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Life.Church yang telah menyediakan rencana bacaan ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi: https://www.life.church/

YouVersion menggunakan cookie untuk mempersonalisasi pengalaman Anda. Dengan menggunakan situs web kami, Anda menerima penggunaan cookie seperti yang dijelaskan dalam Kebijakan Privasi kami