Identitas Kita Dalam KristusSampel

Hubungan yang Sehat dengan Allah

Bagaimana kita melihat Allah dan bagaimana sesungguhnya Allah itu sering kali merupakan dua hal yang berbeda. Bagaimanapun juga, meskipun kita dapat memahami pemisahan ini sebagai sebuah kebenaran, hati kita mempunyai cara sendiri untuk melihat, cara-cara yang dapat mempergelap pemahaman kita ketika kita hendak mengenal Allah. Pandangan spiritual yang terbatas ini berasal dari dua sumber: Pertama, bagaimana cara pendang kita yang salah itu melihatnya; Kedua, dari pengalaman yang menyakkitkan atau dari pengajaran-pengajaran yang salah. Keduanya mengganggu cara pandang kita kepada Allah, diri kita sendiri dan orang lain.

Kebanyakan orang yang merindukan sebuah hubungan yang lebih dekat dengan Allah, tetapi tidak mempunyai suatu gambaran tentang Allah, sehingga itu mempersulit terjadinya kedekatan tersebut. Sebagai contoh, seringkali hal-hal yang timbul dari berbagai hubungan di masa lalu atau masa kecil dengan orang tua atau otoritas lainnya. Hal-hal seperti itu dapat mempengaruhi gambaran kita tentang sifat Allah. Kita bisa saja menggambarkan Allah itu penuntut, kejam, pemberi tugas-tugas sebab pengaruh hubungan di masa lalu yang buruk.

Tuhan Yesus menolong kita melihat bahwa Allah adalah Bapa yang menunggu kita; Bapa yang berdiri dan siap sedia untuk selalu menantikan kepulangan kita. Yesus menunjukkan kita bahwa kembali kepada Allah adalah kembali pulang. Di dalam Allah kita tahu siapa sebenarnya diri kita dan kita dapat mengenal Dia. Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk. 15:11-32), Tuhan Yesus memberi warna pada sebuah gambar Allah sebagai Bapa yang mengasihi kita dan yang menunggu kita untuk memiliki hubungan yang kembali pulih dengan Allah.