Info Rencana

Apologetika 101Sampel

Apologetics 101

HARI KE 7 DARI 7

Bukankah Kekristenan Didasarkan atas Iman, Bukan Pengetahuan?

Pada titik ini, baik orang percaya dan tidak mungkin mempunyai bantahan. Orang percaya mungkin berkata, "Anda kehilangan inti dari Kekristenan. Ini bukan tentang fakta; ini tentang iman." Orang tidak percaya bisa saja sepakat: "Anda orang-orang Kristen percaya karena iman; kami non-Kristen percaya pada fakta. Berhenti memberitahu kami apa yang harus kami lakukan."


Steven Pinker, seorang profesor di Universitas Harvard, mengartikan iman sebagai "memercayai sesuatu tanpa alasan yang bagus." Tapi ini jauh terlalu sederhana malah menyesatkan. Tentu saja, iman menurut Alkitab adalah suatu pemberian dari Allah (Efesus 2:8), dan ini meliputi percaya kepada Allah akan siapa Dia dan Dia akan melakukan apa yang Ia sudah janjikan. Tetapi iman menurut Alkitab didasarkan dari pengetahuan, bukan ketaatan yang membabi buta.


Dalam Kolose 1:9-10, Rasul Paulus berkata, "Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah." Semakin kita tahu, semakin mampu kita berjalan di dalam iman.


Iman menurut Alkitab tidaklah buta. Seperti yang akan kita lihat, Alkitab itu unik dibanding buku-buku lain karena memiliki begitu banyak detil tertentu—detil yang bisa diamati apakah benar atau tidak benar. Hal ini secara praktis mengundang adanya penelitian. Para rasul yakin bukan hanya iman mereka akan menarik bagi orang lain melainkan hal itu akan terlihat sebagai fakta.


Di dalam 1 Korintus 15:19, Rasul Paulus berkata pada para pembacanya, yang intinya, "Anda bisa memeriksa bukti dari kebangkitan Kristus sendiri. Anda akan melihat bahwa itu sungguh terjadi. Dan jika itu tidak terjadi, segala yang saya katakan kepada Anda itu palsu." Mungkin ini berasal dari peristiwa keragu-raguan yang dialami Rasul Petrus hingga ia mendorong para pembacanya untuk bersiap untuk memberi pertanggungan jawab yang bagus akan pengharapan yang mereka tempatkan di dalam Kristus (1 Petrus 3:15).


Yang membuat iman itu sah adalah bukan apa yang kita punya melainkan objek dari keyakinan kita itu layak untuk dipercaya. Ahli Teologi David Clark berkata, "Iman memperoleh nilainya bukan dari intensitas orang yang memercayainya melainkan dari ketulusan dari dia yang dipercaya. Iman yang sejati adalah beriman kepada objek yang tepat; iman terhadap orang yang tidak setia itu tidak ada nilainya atau lebih buruk lagi." Tidak cukup hanya sekedar tulus dalam keyakinan kita.


Kita bisa percaya dengan tulus bahwa parasut kita akan mengembang setelah kita melompat keluar dari pesawat terbang di atas Central Park, namun segala ketulusan di dunia tidak akan menolong jika parasut itu ternyata adalah tas punggung biasa.


Jadi apa yang kita lakukan dengan keraguan? Semua dari kita mengalami keraguan karena kita semua terbatas pengetahuannya. Kita mempunyai pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak memuaskan kita. Namun keraguan sesungguhnya bisa merupakan bagian sehat dari hidup bijaksana yang berpusat kepada Kristus. Inilah yang dikatakan Pastor Tim Keller:


"Iman tanpa keraguan itu bagai sebuah tubuh manusia tanpa antibodi di dalamnya. Orang yang dengan serampangan menjalani hidup yang terlalu sibuk atau tak acuh untuk mempertanyakan pertanyaan sulit tentang alasan mereka percaya akan merasakan diri mereka tak berdaya melawan pengalaman tragedi atau pertanyaan selidik dari seorang skeptis yang pandai. Iman seseorang bisa runtuh seketika jika ia selama bertahun-tahun tidak mendengarkan keraguannya sendiri dengan sabar, yang seharusnya hanya bisa dihilangkan setelah perenungan yang panjang."


Berurusan dengan keraguan adalah bagian yang diperlukan untuk menjadi dewasa di dalam iman. Diperlukan keberanian untuk meragu. Tapi inilah kunci pentingnya: alih-alih menyerah, Anda harus spesifik mengenai apa yang mengganggu Anda, dan Anda harus mengumpulkan keinginan untuk mencari jawabannya. Belajarlah untuk meragukan keraguan Anda supaya mereka tidak menguasai hal lainnya dalam hidup Anda.


Apakah Anda menyukai rencana bacaan ini? Jika iya, menangkan bukunya di sini


Hari 6

Tentang Rencana ini

Apologetics 101

Dengan hanya 17% dari orang percaya hari ini yang sanggup menjelaskan dan mempertahankan keyakinan Kekristenan mereka, kita perlu mempelajari dasar-dasar untuk melibatkan budaya dan mempertahankan iman kita, penerapan da...

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Jeff Myers dan David C Cook yang telah menyediakan rencana bacaan ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: http://www.dccpromo.com/understanding-the-faith/

YouVersion menggunakan cookie untuk mempersonalisasi pengalaman Anda. Dengan menggunakan situs web kami, Anda menerima penggunaan cookie seperti yang dijelaskan dalam Kebijakan Privasi kami