Info Rencana

Lagu Yang Lebih Kencang: Mendengarkan Harapan Di Tengah Rasa Sakit, Kegelisahan, Dukacita, Keraguan, dan RatapanSampel

The Louder Song: Listening for Hope in the Midst of Pain, Anxiety, Grief, Doubt, and Lament

HARI KE 5 DARI 7

Bagi siapa pun yang sedang berjalan melalui musim kesukaran, khususnya ketika kesukaran itu terlihat seolah tidak akan pernah berakhir, bagian tak terhindarkan dari proses berduka adalah bertanya-tanya tentang bagaimana jika, seandainya saja, atau apa yang mungkin terjadi. 


Terkadang, agar bisa melalui rasa sakit, kita perlu membuat ruang untuk berduka bagi masa depan kita yang terganggu. Dengan kata lain, kita perlu meratapi (berseru kepada Tuhan) apa yang mungkin terjadi. Sah-sah saja, sehat bahkan, untuk berduka tentang luka masa lalu dan tentang versi alternatif masa depan. Karena apa yang mungkin terjadi adalah juga kehilangan yang sangat nyata. 


Adalah hal yang baik untuk mengungkapkan pertanyaan apa yang mungkin terjadi kepada Tuhan—bukan supaya kita terjebak di masa lalu atau tersandung karenanya—tetapi sebagai sebuah cara untuk menyerahkan masa lalu kepada-Nya, dan mulai hidup sepenuhnya dalam kenyataan baru yang ada di depan kita. 


Pikirkan ratapan Hagar dan si kecil Ismail dalam Kejadian 21, dari bacaan kita hari ini. Kita melihat kilasan dari ratapan "apa yang mungkin terjadi" di sini. Hagar dan putranya dibuang ke padang gurun karena kecemburuan Sara. Ketika mereka kehabisan air minum, Hagar meletakkan putra kecilnya di bawah semak-semak dan menangis, “Saya tidak tahan melihat anak saya mati” (ayat 16). 


Dalam ratapan Hagar, kita melihat rasa sakit seorang ibu yang menyaksikan putranya menderita. Ini bukanlah keberadaan yang seharusnya dimiliki anak ini. Dia seharusnya dibesarkan di rumah bapanya, Abraham. Dia seharusnya mendapatkan penyediaan. Dia seharusnya mengenal tempat tinggal, makanan, air, dan keluarga. Pastinya dia tidak seharusnya sekarat di padang gurun.


Untungnya, Tuhan mendengar tangisan ibu dan anak ini, bertindak, dan menyediakan air bagi mereka, sebuah sumur di padang gurun. Saat Hagar mengucapkan selamat tinggal pada apa yang seharusnya ada, Tuhan bertindak dan membawa Ismail ke jalan yang sama sekali berbeda. 


Ketika kita membaca Firman seperti ini, jelaslah bahwa Tuhan tidak pernah menjadi pendengar yang pasif. Ketika kita berseru pada-Nya, ketika kita menyerahkan "bagaimana jika" nya kita kepada-Nya, Dia mendengar. Tuhan adalah Penghibur yang terlibat, yang menginginkan "bagaimana jika" nya kita. 


Jadi serahkanlah apa yang mungkin terjadi kepada Tuhan hari ini. 


Ini bisa jadi ratapan yang menolong membuka mata anda untuk melihat aliran air Tuhan di padang gurun anda. 


Dalam luka anda, biar kiranya anda mengenal Dia hari ini sebagai El Roi, Allah yang melihat anda. 



Firman Tuhan, Alkitab

Hari 4Hari 6

Tentang Rencana ini

The Louder Song: Listening for Hope in the Midst of Pain, Anxiety, Grief, Doubt, and Lament

Jika anda sedang bergumul—secara emosional, fisik, relasional, atau spiritual—atau berjalan bersama seseorang yang sedang bergumul, pelajaran tujuh hari ini akan menjadi balsem bagi jiwa anda yang lelah. Dengan melihat k...

More

We would like to thank NavPress for providing this plan. For more information, please visit: http://bit.ly/2tQRR6r

YouVersion menggunakan cookie untuk mempersonalisasi pengalaman Anda. Dengan menggunakan situs web kami, Anda menerima penggunaan cookie seperti yang dijelaskan dalam Kebijakan Privasi kami