Amerta Kasih Allah预览

Amerta Kasih Allah

12天中的第4天

Ketaatan yang Membawa Pemuliaan

“Kenapa Yesus memerlukan seekor keledai betina dan anak keledai untuk memasuki kota Yerusalem?” Pertanyaan semacam ini mungkin pernah muncul pada diri beberapa umat ketika membaca Matius 21:1-11. Jawaban paling awal adalah tindakan tersebut merupakan bagian dari penggenapan nubuat yang muncul pada Zakharia 9:9, tepat seperti yang juga dikutip pada ayat 5, yakni “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai putri Sion, bersorak-sorailah, hai putri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” Perkataan ini pun dikenal sebagai nubuat mesianik, yakni mengenai kehadiran sang Juru Selamat yang akan membawa pembebasan bagi umat TUHAN. Artinya, kehadiran Yesus di Yerusalem pada saat itu merupakan penggenapan terhadap nubuat tentang hadirnya sang mesias sekaligus sebagai upaya pengungkapan identitas Yesus kepada publik bahwa Dialah sang Mesias. Itulah mengapa, pada ayat 8 dituliskan bahwa banyak orang yang menyambut kedatangan Yesus dengan sorak-sorai dan memberikan penghormatan kepada-Nya.

Kedatangan Yesus di kota Yerusalem pada narasi ini pun menjadi bagian dari rangkaian hari-hari terakhir kehidupan-Nya sebelum mengalami penyesalan dan kematian di kayu salib pada beberapa hari mendatang. Namun, pada momen inilah terjadi pemuliaan yang tinggi dari publik kepada sosok Yesus, yaitu ketika banyak orang berseru, “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosanna di tempat yang mahatinggi”. Tentu saja pemuliaan ini menjadi semacam ‘tamparan’ bagi para pemimpin Bait Suci yang telah terlebih dulu memendam kebencian kepada-Nya. Pada saat inilah mereka harus menerima kenyataan bahwa kebencian yang mereka tujukan kepada Yesus tidak mampu membelenggu pengakuan, penghormatan, dan pemuliaan dari publik bagi sang Mesias.

Terdapat banyak perspektif yang dapat digunakan untuk memaknai perikop masuknya Yesus ke kota Yerusalem, entah berfokus pada nilai penghormatan, penyambutan, kemuliaan, kesederhanaan, dan kelemahlembutan Yesus atau dari sudut pandang para orang banyak yang menyambut kedatangan-Nya. Namun, pada saat ini kita akan memaknai perikop ini dengan melihat peran para murid yang bersedia patuh terhadap perkataan Yesus untuk mencari dua ekor keledai sebagai kendaraan-Nya memasuki kota Yerusalem. Ketaatan para murid tersebut pun telah menjadi bagian dari penggenapan nubuat kedatangan sang Juru Selamat, seperti yang sudah disiarkan oleh nabi Zakharia ratusan tahun sebelumnya.

Pada saat itu, kedua orang murid yang diperintahkan oleh Yesus mungkin belum menyadari bahwa mereka sedang memainkan peranan penting dalam penggenapan karya Ilahi yang akan berdampak pada kehidupan seisi dunia. Meski demikian, roh ketaatan terhadap perkataan sang Guru telah menjadi modal besar bagi mereka untuk menghadirkan kemuliaan bagi Yesus Kristus. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa kinerja para murid dengan segala kepatuhannya inilah yang juga berdampak pada terlaksananya pemuliaan bagi Yesus dan penggenapan nubuat mesianik.

Pada Minggu Palma ini kita telah mendapatkan sebuah perenungan bahwa kepatuhan terhadap firman TUHAN merupakan kontribusi aktif sebagai seorang percaya yang berpotensi besar membawa pemuliaan bagi TUHAN. Persoalannya adalah mematuhi firman TUHAN bukanlah sebuah hal mudah untuk dipertahankan selaras dengan ringannya mulut berkata-kata. Diperlukan upaya yang penuh komitmen dan ketulusan dalam mendengarkan serta menjalankan firman-Nya, termasuk keterhubungan yang intim antara kita dengan TUHAN.

Kepatuhan pada firman TUHAN tidak mungkin terwujud tanpa disertai ikatan relasi yang intim dengan Sang Sumber firman itu sendiri. Terlebih lagi, pada hari Minggu Palma ini kita semakin diajak untuk menggumuli nilai kepatuhan sebagai modal untuk memuliakan TUHAN dalam menyambut karya penuh kasih yang membawa keselamatan bagi dunia.

Pertanyaan reflektif:

Apa saja penghalang kepatuhan pada diri seorang percaya? Dan, seberapa baik kualitas kepatuhan Anda terhadap firman TUHAN?

读经计划介绍

Amerta Kasih Allah

"Amerta Kasih Allah" adalah kumpulan renungan masa raya Paskah dari Rabu Abu hingga hari Paskah yang disusun oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) berdasarkan The Revised Common Lectionary (RCL) Tahun A. Judul ini menekankan kasih Allah yang abadi, khususnya melalui karya penyelamatan Yesus Kristus dalam peristiwa salib dan kebangkitan-Nya. Masa Pra-Paskah selama 40 hari menjadi waktu perenungan agar umat Kristen dapat mempersiapkan diri dalam menghayati kasih Tuhan yang tanpa syarat. Dengan sebelas renungan yang tersedia, kami berharap umat dapat memahami makna keselamatan secara lebih mendalam dan tidak hanya sekadar menjalani perayaan sebagai rutinitas.

More