Amerta Kasih Allah预览

Harapan Yang Membangkitkan
Sebagai manusia yang hidup dalam keterbatasan ruang dan waktu, masa depan menjadi sebuah misteri tak terselami bagi kita. Tak jarang, ketidakmampuan untuk melihat masa depan justru menjadi semacam tembok penghalang bagi semangat, bahkan harapan dalam menjalani kehidupan. Besarnya ukuran dan kuatnya tembok penghalang itu pun dapat semakin kuat seiring dengan kemunculan banyak problematika di berbagai ruang kehidupan kita, entah yang tergolong ringan maupun yang sepertinya terlalu sulit untuk dihadapi. Hal ini pun dapat sangat mungkin dialami oleh seorang umat TUHAN. Itulah mengapa, ada umat-umat TUHAN yang justru merasa bahwa ia telah mengalami ‘kematian’ di tengah perjalanan kehidupan yang belum berhenti. Ia merasa tidak ada lagi harapan atas hari depan karena ketiadaan daya menghadapi beragam tekanan kehidupan.
Tema ‘pengharapan’ sesungguhnya bukanlah hal langka di dalam seluruh narasi Alkitab, entah dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Bahkan, kita dapat menemukan banyak sekali potret narasi yang menunjukkan keberadaan pengharapan pada hidup setiap umat TUHAN yang Dia hadirkan tanpa batas waktu. Misalnya saja, di dalam Yehezkiel 37 dan Yohanes 11 kita dapat menemukan inisiatif kasih TUHAN yang menghadirkan pengharapan yang membawa umat-Nya terlepas dari kondisi kematian. Pada Yehezkiel 37 pengharapan hidup itu ditampilkan melalui kebangkitkan tulang-tulang manusia yang telah lama mati, sedangkan pada Yohanes 11 tampil melalui kebangkitan Lazarus setelah 4 hari mengalami kematian. Namun, kedua narasi ini sama-sama memberikan penegasan mengenai kuasa TUHAN yang memberikan pengharapan untuk membawa umat-Nya keluar dari ‘kematian’ menuju kehidupan yang berlangsung di dalam diri-Nya.
Nilai pengharapan bangkit dari kematian di dalam teks Yehezkiel 37 merupakan sebuah nubuat mengenai masa depan bangsa Israel yang pada masa itu sedang hidup di dalam pembuangan. Hal yang menarik adalah ketika pesan itu disampaikan dalam penglihatan yang didapatkan oleh Yehezkiel, yakni ketika tulang-belulang yang sudah kering kembali dibentuk oleh kuasa TUHAN menjadi manusia yang hidup. Kita pun dapat menemukan keserupaan antara peristiwa dalam Yehezkiel 37 dan Kejadian 2. Keduanya menunjukkan bahwa napas hidup atau roh yang ada pada manusia hanyalah bersumber dari TUHAN. Penglihatan ini pun sangat cukup untuk menjadi nubuat yang membawa pesan pengharapan bagi setiap orang Israel bahwa pemulihan dan pembaruan hidup hanya terjadi di dalam TUHAN.
Pesan harapan bangkit dari kematian pun menjadi semakin intim ketika kita mencermati Yohanes 11, yakni ketika Yesus membangkitkan Lazarus setelah 4 hari mengalami kematian. Namun, hal mendasar yang perlu kita pahami adalah teks ini tidak terbatas sebagai cara untuk menunjukkan kuasa kebangkitan pada diri Yesus Kristus atau sekadar ajang unjuk kekuatan Yesus di hadapan orang-orang Yahudi yang membenci-Nya (lih. Ayat 8). Peristiwa ini merupakan bentuk penegasan tentang identitas Yesus Kristus dan kuasa kasih Ilahi yang membawa kehidupan bagi seluruh dunia. Kebencian yang ditunjukkan oleh orang-orang Yahudi tidak dapat menghalangi inisiatif kasih Yesus terhadap Lazarus dan keluarganya. Itulah mengapa, di dalam teks ini Yesus berulang kali ditampilkan sebagai sosok yang penuh rasa kasih. Kemudian, kebangkitan Lazarus juga menjadi sarana pembinaan iman bagi setiap orang yang ada di sana bahwa Dia adalah Sang Sumber kehidupan, yang melalui kematian dan kebangkitan-Nya kelak akan membawa keselamatan bagi dunia dari kuasa maut.
Kedua narasi ini semestinya cukup sebagai bekal bagi setiap kita untuk menggumuli nilai pengharapan di dalam TUHAN yang membawa kebangkitan dari kematian. Kuasa kebangkitan ini pula yang perlu terus dirayakan dan dimaknai secara mendalam sebagai wujud syukur atas pengharapan yang TUHAN hadirkan bagi dunia. Secara khusus, sebagai umat TUHAN, kita tidak boleh membiarkan diri terlena oleh beragam pandangan yang justru mengacuhkan pengharapan tersebut apalagi rela menggantikannya dengan hal-hal lain yang terkesan lebih berharga,
Pada minggu pra-Paskah ini, marilah kita mempersiapkan diri dengan menghidupi nilai pengharapan yang TUHAN hadirkan melalui karya penebusan penuh kasih melalui Sang Anak, Yesus Kristus. Ingatlah, bahwa setiap pemulihan dan pembaruan hidup hanya dapat kita alami di dalam TUHAN, Sang Napas Hidup yang sejati. Jangan sampai kita menyia-nyiakannya!
Pertanyaan Refleksi
Menurut Anda, apa saja faktor yang dapat membuat kuasa pengharapan dari TUHAN terkesan abstrak/tidak nyata bagi seorang percaya? Gunakanlah pengalaman personal Anda untuk merenungkannya.
读经计划介绍

"Amerta Kasih Allah" adalah kumpulan renungan masa raya Paskah dari Rabu Abu hingga hari Paskah yang disusun oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) berdasarkan The Revised Common Lectionary (RCL) Tahun A. Judul ini menekankan kasih Allah yang abadi, khususnya melalui karya penyelamatan Yesus Kristus dalam peristiwa salib dan kebangkitan-Nya. Masa Pra-Paskah selama 40 hari menjadi waktu perenungan agar umat Kristen dapat mempersiapkan diri dalam menghayati kasih Tuhan yang tanpa syarat. Dengan sebelas renungan yang tersedia, kami berharap umat dapat memahami makna keselamatan secara lebih mendalam dan tidak hanya sekadar menjalani perayaan sebagai rutinitas.
More