Roma 4:1-12,16
Roma 4:1-12 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
Kepada orang Yahudi saya bertanya, bagaimana dengan leluhur kita Abraham? Kalau Abraham diterima sebagai orang benar di mata Allah karena perbuatan baiknya, maka dia punya alasan untuk membanggakan diri bahwa dia lebih baik daripada orang lain. Tetapi di hadapan Allah, Abraham tidak dapat membanggakan diri seperti itu, sebab inilah yang dikatakan Kitab Suci tentang dia, “Abraham percaya penuh kepada janji Allah, karena itu Allah menerima dia sebagai orang benar.” Perhatikanlah! Jika seseorang bekerja untuk majikannya, upah yang dia terima tidak dianggap sebagai hadiah, melainkan sebagai haknya. Namun, jika seseorang tidak mengandalkan hasil usahanya sendiri dan hanya percaya penuh kepada janji Allah, maka berkat yang dia terima dianggap sebagai hadiah. Begitulah yang terjadi pada kita! Allah mengampuni kejahatan kita masing-masing tanpa menghitung perbuatan baik kita, lalu Dia menerima kita sebagai orang yang hidupnya benar. Raja Daud pun merasakan kebaikan Allah itu dan menulis tentang berkat yang Allah berikan kepada seseorang tanpa memperhatikan perbuatan-perbuatan baiknya. Daud berkata, “Sungguh diberkati Allah orang yang diampuni pelanggaran dan dosa-dosanya! Sungguh diberkati Allah orang yang dosa-dosanya tidak lagi dihitung-hitung!” Apakah berkat itu hanya untuk orang Yahudi saja sebagai bangsa yang bersunat? Atau apakah untuk orang dari bangsa-bangsa lain juga? Tadi kita sudah melihat bahwa Abraham dibenarkan Allah karena dia percaya penuh kepada Allah. Kapan hal itu terjadi? Sebelum atau sesudah dia disunat? Ya, itu terjadi sebelum dia disunat. Abraham diterima Allah sebagai orang benar, barulah kemudian dia disunat sebagai tanda bahwa dia sudah diterima oleh Allah. Dengan begitu jelaslah bahwa Abraham adalah bapak semua orang percaya, termasuk yang tidak bersunat. Dengan percaya penuh kepada janji Allah, mereka juga diterima oleh Allah sebagai orang benar. Abraham juga bapak dari orang yang disunat. Tetapi bukan karena sunat itulah orang Yahudi diperhitungkan sebagai keturunan Abraham. Orang Yahudi menjadi keturunan sejati Abraham hanya jika mereka percaya kepada Allah seperti Abraham percaya sebelum dia disunat.
Roma 4:16 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
Jadi, kunci untuk dibenarkan di mata Allah adalah percaya penuh! Orang-orang yang percaya penuh kepada-Nya akan menerima berkat dari janji Allah seperti yang terjadi kepada Abraham. Allah mengatur cara itu supaya pembenaran berdasarkan janji merupakan hadiah yang diberikan secara cuma-cuma. Dan kalau janji itu adalah hadiah, artinya semua keturunan Abraham secara rohani pasti akan menerimanya. Janji itu bukan hanya untuk keturunannya yang hidup sesuai hukum Taurat, tetapi juga untuk keturunan yang percaya penuh seperti dia. Di hadapan Allah, secara rohani Abraham adalah nenek moyang kita semua.
Roma 4:1-12 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
SEBAGAI manusia, Abraham adalah bapa leluhur bangsa Yahudi. Bagaimanakah pengalamannya mengenai hal diselamatkan karena iman itu? Apakah ia diterima oleh Allah karena berbuat baik? Jika demikian halnya, ia memiliki sesuatu yang dapat dibanggakannya. Tetapi dari sudut pandang Allah, Abraham tidak mempunyai alasan apa pun untuk membanggakan diri. Sebab Kitab Suci mengatakan bahwa Abraham percaya kepada Allah, dan Allah menerima dia sebagai orang benar. Tetapi bukankah ia memperoleh hak untuk masuk surga karena segala perbuatan baik yang dilakukannya? Bukan, sebab keselamatan adalah suatu pemberian. Seandainya orang dapat memperolehnya dengan berbuat baik, maka keselamatan itu bukan lagi pemberian. Keselamatan diberikan dengan cuma-cuma kepada mereka yang tidak bekerja untuk memperolehnya, sebab Allah menyatakan bahwa orang-orang berdosa menjadi benar dalam pandangan-Nya, bila mereka percaya bahwa Kristus dapat menyelamatkan mereka dari murka Allah. Tentang hal ini Raja Daud berkata dengan menggambarkan kebahagiaan orang berdosa yang tidak layak dikasihani, yang oleh Allah dinyatakan “benar”. “Berbahagialah orang yang dosa-dosanya telah diampunkan dan dihapuskan,” katanya. “Betapa bahagianya orang yang dosa-dosanya tidak lagi diperhitungkan Tuhan.” Sekarang timbullah pertanyaan: Apakah berkat itu diberikan hanya kepada mereka yang memercayai Kristus dan juga menaati hukum-hukum Yahudi, ataukah juga diberikan kepada mereka yang tidak menaati hukum-hukum Yahudi, tetapi hanya memercayai Kristus? Bagaimanakah halnya dengan Abraham? Kita katakan bahwa ia menerima berkat itu karena imannya, dan Allah menerima dia sebagai orang benar. Apakah hanya karena iman semata-mata? Atau juga karena ia menaati hukum-hukum Yahudi? Untuk mendapat jawaban pertanyaan di atas, jawablah dahulu pertanyaan ini: Bilamanakah Allah memberikan berkat tersebut kepada Abraham, sebelum atau sesudah khitannya? Berkat diberikan sebelum ia menjalani upacara khitan. Baru kemudian, sesudah Allah berjanji akan memberkati dia karena imannya, ia dikhitan. Upacara khitan itu adalah suatu tanda bahwa Abraham sudah beriman dan bahwa Allah telah menerimanya dan menyatakan dia benar dalam pandangan-Nya sebelum upacara itu. Dengan demikian, Abraham adalah bapa rohani orang-orang yang percaya dan yang diselamatkan tanpa menaati hukum-hukum bangsa Yahudi. Jadi, dapat kita lihat bahwa mereka yang tidak memegang hukum-hukum itu dibenarkan oleh Allah karena iman. Abraham juga adalah bapa rohani orang Yahudi yang telah dikhitan. Dengan mengambil Abraham sebagai teladan, mereka mengerti bahwa bukan upacara itu yang menyelamatkan mereka, sebab Abraham menyukakan hati Allah semata-mata karena iman, sebelum ia dikhitan.
Roma 4:16 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
Jadi, berkat-berkat Allah itu diberikan kepada kita karena iman, sebagai suatu pemberian cuma-cuma. Apakah kita mengikuti adat istiadat Yahudi atau tidak, kita pasti memperoleh berkat-berkat itu, asal saja kita mempunyai iman seperti iman Abraham, sebab dalam hal iman, Abraham adalah bapa kita semua.
Roma 4:1-12 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)
Lalu apa yang bisa kita katakan tentang Abraham, leluhur bangsa kita? Jika Abraham dianggap benar karena perbuatannya, ia mempunyai sesuatu untuk dibanggakan, tetapi bukan di hadapan Allah. Ini jelas menurut apa yang dikatakan Kitab Suci? “Abraham percaya kepada Allah, dan sebab imannya ini, Allah menerimanya sebagai seorang yang telah berbuat apa yang benar.” Ketika kamu bekerja, gajimu tidak dianggap sebagai hadiah, tetapi sebagai utang kepadamu karena bekerja. Tetapi jika, sebaliknya bekerja, kamu beriman kepada Allah, maka Ia akan menerimamu sebagai orang yang melakukan apa yang benar. Allah melakukan ini bahkan untuk orang yang tidak menghormati-Nya. Daud juga mengatakan hal yang sama mengenai hal ini. Menurutnya, orang yang berbahagia adalah orang yang diterima Allah sebagai orang benar, bukan karena perbuatan yang ia lakukan. Berbahagialah orang yang pelanggaran-pelanggarannya dimaafkan, dan yang dosa-dosanya diampuni. Berbahagialah orang yang dosanya tidak diperhitungkan oleh Tuhan! Apakah berkat ini hanya untuk orang-orang bersunat atau juga untuk orang-orang yang tidak bersunat? Kami sudah katakan bahwa “itu adalah karena iman Abraham sehingga ia diterima sebagai seorang yang telah melakukan apa yang benar.” Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apakah hal itu terjadi ketika Abraham disunat atau sebelum ia disunat? Allah menerimanya sebelum sunatnya. Abraham disunat untuk menunjukkan bahwa Allah telah menerima dia sebagai benar. Abraham diterima karena imannya kepada Allah. Dan ini sebelum ia disunat. Dengan begitu, Abraham menjadi bapak bagi semua orang percaya yang belum disunat. Seperti Abraham, mereka juga diterima sebagai orang-orang yang benar dengan Allah karena iman mereka. Dan Abraham adalah bapak dari orang-orang bersunat, tetapi bukan hanya karena mereka disunat. Ia adalah bapak mereka karena mereka beriman kepada Allah sebagaimana Abraham percaya sebelum ia disunat.
Roma 4:16 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)
Jadi, orang-orang mendapatkan apa yang Allah janjikan dengan beriman kepada-Nya. Berkat yang dijanjikan Allah adalah anugerah yang cuma-cuma. Dan semua keturunan Abraham pasti akan menikmati berkat-berkat tersebut. Janji itu bukan hanya untuk orang yang hidup di bawah hukum Taurat, tetapi juga untuk orang yang memiliki iman seperti Abraham. Ia adalah bapak kita semua.
Roma 4:1-12 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ”Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: ”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.” Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran. Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya. Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka, dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat.
Roma 4:16 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua,
Roma 4:1-12 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
Kalau begitu, apakah yang dapat kita katakan tentang Abraham, nenek moyang bangsa kita? Bagaimanakah pengalamannya? Kalau hal-hal yang dilakukannya menyebabkan Allah menerima dia sebagai orang yang menyenangkan hati Allah, maka ada juga alasan baginya untuk berbangga-bangga. Tetapi ia tidak dapat berbangga di hadapan Allah. Dalam Alkitab tertulis, “Abraham percaya kepada Allah, dan karena kepercayaannya ini ia diterima oleh Allah sebagai orang yang menyenangkan hati Allah.” Orang yang bekerja, menerima gaji; dan gajinya tidak dianggap sebagai suatu pemberian, sebab itu adalah haknya. Tetapi ada orang yang tidak bergantung pada usahanya sendiri; ia mempercayakan dirinya kepada Allah yang menyatakan orang berdosa bebas dari kesalahan. Berdasarkan percayanya itulah Allah menerima orang itu sebagai orang yang menyenangkan hati Allah. Begitulah pendapat Daud juga; itu sebabnya ia mengucapkan selamat berbahagia kepada orang yang oleh Allah sudah diterima sebagai orang yang menyenangkan hati-Nya, tanpa Allah memperhatikan perbuatan-perbuatan orang itu. Daud berkata begini, “Berbahagialah orang yang kesalahan-kesalahannya dimaafkan dan dosa-dosanya diampuni Allah! Berbahagialah orang yang dosa-dosanya tidak dituntut oleh Tuhan!” Apakah ucapan berbahagia ini ditujukan hanya kepada orang-orang yang menuruti peraturan sunat saja? Ataukah juga kepada orang-orang yang tidak menuruti peraturan sunat? Sudah kami sebut sebelumnya, bahwa Abraham diterima oleh Allah sebagai orang yang menyenangkan hati-Nya, karena Abraham percaya kepada Allah. Nah, kapankah Allah menyatakan hal itu? Sebelum atau sesudah Abraham disunat? Memang sebelum ia disunat, bukan sesudahnya. Ia disunat kemudian, dan sunatnya itu hanya sebagai tanda bahwa Allah sudah menerimanya sebagai orang yang menyenangkan hati Allah, karena percaya kepada Allah. Ia diterima oleh Allah pada waktu ia masih belum mengikuti peraturan sunat. Dan Abraham menjadi bapak secara rohani bagi semua orang yang percaya kepada Allah, dan yang karenanya sudah diterima oleh Allah sebagai orang yang menyenangkan hati-Nya, walaupun mereka tidak mengikuti peraturan sunat. Abraham juga bapak rohani untuk orang-orang yang mengikuti peraturan sunat. Ia bapak rohani mereka bukan hanya karena mereka mengikuti peraturan sunat, tetapi juga karena mereka hidup dengan percaya kepada Allah, sama seperti Abraham pada waktu ia belum mengikuti peraturan sunat.
Roma 4:16 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
Jadi janji Allah itu berdasarkan percayanya orang kepada Allah. Itu menjadi suatu jaminan kepada semua keturunan Abraham bahwa janji itu diberikan kepada mereka sebagai suatu pemberian yang cuma-cuma dari Allah; bukan hanya kepada mereka yang taat kepada hukum agama Yahudi saja, tetapi juga kepada mereka yang percaya kepada Allah sama seperti Abraham percaya kepada-Nya. Sebab Abraham adalah bapak kita semua secara rohani.