1ነ ቆሮ. 6:19-20

Whenever someone asks us if we believe in premarital sex we respond by saying “yes and no.” It’s a confusing answer at first, but it gives us an opportunity to make an important point. God affirms our sexuality as human beings and we ­can’t suddenly become asexual. For this reason, we believe in premarital sexuality. We are quick to follow up, however, by saying that having genital sex before marriage is clearly not in line with God’s principles. 

Cara hidup kita haruslah merupakan ekspresi penyembahan kita kepada Tuhan dan tujuannya adalah supaya kita bisa menjadi kudus dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Mari kita pelajari bersama bagaimana kita dapat mempersembahkan tubuh kita sebagai ekspresi penyembahan kita kepada Tuhan.

Saat menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita dilahirkan kembali secara rohani menjadi manusia baru. Sekalipun secara jasmaniah masih tinggal dalam tubuh yang sama, yang sebenarnya diciptakan baik untuk kita, tapi pertumbuhan rohani meningkat dan semakin kuat. Artinya, kita rindu hal rohani namun harus berhadapan dengan kelemahan hasrat egois kita. Berita baiknya, Roh Kudus berbicara melalui Firman dan penyertaan-Nya, agar kita dapat menang atas kelemahan dan hidup kudus dalam Tuhan.

Seringkali orang-orang beriman hanya memikirkan kesembuhan, keutuhan, dan kesehatan hanya dari aspek rohani saja. Kebenarannya adalah: keutuhan dan kesehatan tubuh, dan jiwa, dan roh kita, sangat penting di mata Tuhan. Seluruh hidup kita (tubuh, jiwa dan roh) adalah anugerah dari Tuhan untuk kita kelola. Melalui renungan ini, mari belajar prinsip dan cara-cara mengembangkan kesehatan kita secara menyeluruh.