Tetapi hukum lama yang berakhir dengan kematian itu, mulai dengan kemuliaan yang sedemikian besarnya, sehingga orang tidak tahan menatap wajah Musa. Sebab, ketika ia memberikan hukum Allah kepada mereka supaya dipatuhi, kemuliaan Allah memancar dari wajahnya—walaupun pada saat itu kecemerlangannya sudah mulai pudar. Bukankah sekarang ini, pada waktu Roh Kudus memberi kehidupan, kita mengharapkan kemuliaan yang jauh lebih besar?
Apabila rencana yang menuju kepada kebinasaan penuh dengan kemuliaan, apalagi rencana yang membenarkan manusia di hadapan Allah! Kemuliaan yang pertama, yang bersinar dari wajah Musa, sebenarnya sama sekali tidak berarti kalau dibandingkan dengan kemuliaan perjanjian baru yang sangat menakjubkan. Apabila cara lama yang akhirnya tidak berlaku itu penuh dengan kemuliaan surgawi, maka kemuliaan rencana Allah yang baru bagi keselamatan kita tentu saja jauh lebih besar, sebab kemuliaan itu kekal.
Karena kami memiliki harapan ini, maka kami dapat berbicara dengan penuh keberanian, tidak seperti Musa, yang menyelubungi wajahnya supaya orang-orang Israel tidak dapat melihat pudarnya kemuliaan itu. Bukan wajah Musa saja yang diselubungi, tetapi pikiran dan pengertian umat-Nya juga diselubungi dan dibutakan. Bahkan sekarang pun, pada saat Kitab Suci dibacakan, hati dan pikiran orang-orang Yahudi seolah-olah ditutupi oleh selubung yang tebal, karena mereka tidak dapat memahami makna dan hakikat Kitab Suci. Selubung salah pengertian itu hanya dapat dihilangkan dengan beriman kepada Kristus. Ya, bahkan sampai sekarang pun, pada waktu mereka membaca tulisan Musa, hati mereka buta dan mereka tidak mengerti. Pada saat seseorang meninggalkan dosa-dosanya dan datang kepada Tuhan, maka terangkatlah selubung itu. Tuhan adalah Roh yang memberi kehidupan, dan di mana Ia berada, di situ ada kebebasan. Tetapi wajah kita, orang-orang Kristen, tidak berselubung. Kita dapat menjadi cermin yang memantulkan kemuliaan Tuhan dengan cemerlang. Dan sementara Roh Tuhan bekerja di dalam kita, kita makin menjadi seperti Dia.